Sugeng rawuh wonten ing website puniko, pramilo panjengengan kagungan wekdal... sumonggo dipun reksani wacana-wacana ing wonten mriki. Mugi-mugi dadoso pangiling-iling, dadoso koco benggolo kagem gesang kita sedoyo, lan dadoso sarono kagem kekancan lan paseduluran

Serat Wedhatama


Mingkar mingkuring angkara, Akarana karanan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung, Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji.

Jinejer neng Wedhatama Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun Yen tan mikani rasa,
yekti sepi asepa lir sepah, samun, Samangsane pasamuan
Gonyak ganyuk nglilingsemi.

Nggugu karsaning priyangga, Nora nganggo peparah lamun angling,
Lumuh ing ngaran balilu, Uger guru aleman,
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu Sinamun ing samudana,
Sesadon ingadu manis

***
Menahan diri dari nafsu angkara, karena berkenan mendidik putra
disertai indahnya tembang, dihias penuh variasi,
agar menjiwai tujuan ilmu luhur, yang berlaku di tanah Jawa (nusantara)
agama sebagai “pakaian”nya perbuatan.

Disajikan dalam serat Wedhatama, agar jangan miskin pengetahuan
walaupun tua pikun jika tidak memahami rasa (sirullah)
niscaya sepi tanpa guna bagai ampas, percuma,
pada tiap pertemuan sering bertindak ceroboh, memalukan.

Mengikuti kemauan sendiri, Bila berkata tanpa pertimbangan (asal bunyi),
Tak mau dianggap bodoh, Asal gemar dipuji-puji.
(sebaliknya) Ciri orang yang sudah cermat akan ilmu justru selalu merendah diri,
selalu berprasangka baik.
-------------------------------------------------------------------------------------
Serat Wedhatama merupakan salah satu karya agung Pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni. Diantaranya adalah seni tari (beksa), seni lagu (tembang), seni Wayang orang, seni wayang madya, serta pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo).
Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng.
Disamping itu masih banyak lagi prestasi yang dicapainya, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo.
Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan hanya cukup dilakukan melalui tulisan pena, namun sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad ala Kejawen); “nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati.

Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya.
Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat "laku" spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraih kesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni "warangka manjing curiga" atau Muksa (meraih kamuksan); menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas.

Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin "laku" spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi "jalan setapak" bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi.
Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; mampu mengintip rahasia langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar